APA DAN BAGAIMANA BERDOA
Doa yang sering didengar, adalah berisi berbagai jenis permohonan. Kalaupun mengandung pujian, biasanya diikuti dengan permintaan.
Ketika sedang menghadapi penderitaan, kesulitan, dan ketakutan, banyak orang berdoa meminta pertolongan.
Ini tidak salah, tetapi doa saja tidak cukup untuk memecahkan masalah.
Kepada Anathapindika, Buddha bersabda, bahwa banyak orang mendambakan panjang usia, kecantikan, kebahagiaan, kehormatan, dan mati masuk sorga.
Lima hal ini tidak mungkin tercapai hanya dengan berdoa, tetapi ia harus berusaha menempuh jalan ke arah itu.
Setiap orang dapat mengubah nasibnya dengan berusaha melakukan yang terbaik.
Kepada Punnaka yang bertanya tentang persembahan kepada para dewa, Buddha menjelaskan, "Doa, pujian, dan persembahan mereka, semua dilakukan berdasarkan keinginan memiliki dan ganjaran.
Mereka merindukan kenikmatan nafsu indrawi. Orang2 yang ahli dalam persembahan ini bersuka-cita di dalam nafsu, orang-orang ini tidak akan dapat mengatasi usia tua dan kelahiran kembali."
Keinginan ada yang baik, misalnya keinginan untuk hidup sederhana, memiliki kebijaksanaan, mencapai pencerahan. Keinginan rendah untuk memuaskan diri sendiri yang didasari keserakahan, kebencian, dan kegelapan bathin, justru akan menimbulkan penderitaan di kemudian hari.
Doa merefleksikan pikiran. Pikiran yang benar mengandung tiga aspek, yaitu :
1. Tidak berdasarkan egoisme dan dorongan nafsu rendah
2. Berdasarkan cinta kasih, bebas dari itikad jahat
3. Mengandung belas kasih, bebas dari perasaan yang kejam.
Jika doa diartikan meminta, dan ternyata tidak terkabul, hal ini akan menimbulkan rasa jengkel dan kecewa.
Bagi umat Buddha, rahmat dan berkah Tuhan, kasih Buddha, dan perlindungan Tri Ratna, tidak hanya bagi orang yang meminta.
Tanpa meminta, apa yang diharapkan pasti akan datang pada waktunya, sebagai buah dari karma baiknya.
Karena itu, sebaiknya orang berdoa seraya mawas diri.
Buddha selalu melindungi, Buddha selalu memancarkan kasih sayangNya yang tidak terbatas.
Yang menjadi persoalan, apakah kita sudah menempatkan diri dalam perlindungan-Nya, dan apakah kita mampu menangkap kasih sayangNya.
Sumber: "Wacana Buddha Dharma" - Krishnanda Wijaya-Mukti.
Doa yang sering didengar, adalah berisi berbagai jenis permohonan. Kalaupun mengandung pujian, biasanya diikuti dengan permintaan.
Ketika sedang menghadapi penderitaan, kesulitan, dan ketakutan, banyak orang berdoa meminta pertolongan.
Ini tidak salah, tetapi doa saja tidak cukup untuk memecahkan masalah.
Kepada Anathapindika, Buddha bersabda, bahwa banyak orang mendambakan panjang usia, kecantikan, kebahagiaan, kehormatan, dan mati masuk sorga.
Lima hal ini tidak mungkin tercapai hanya dengan berdoa, tetapi ia harus berusaha menempuh jalan ke arah itu.
Setiap orang dapat mengubah nasibnya dengan berusaha melakukan yang terbaik.
Kepada Punnaka yang bertanya tentang persembahan kepada para dewa, Buddha menjelaskan, "Doa, pujian, dan persembahan mereka, semua dilakukan berdasarkan keinginan memiliki dan ganjaran.
Mereka merindukan kenikmatan nafsu indrawi. Orang2 yang ahli dalam persembahan ini bersuka-cita di dalam nafsu, orang-orang ini tidak akan dapat mengatasi usia tua dan kelahiran kembali."
Keinginan ada yang baik, misalnya keinginan untuk hidup sederhana, memiliki kebijaksanaan, mencapai pencerahan. Keinginan rendah untuk memuaskan diri sendiri yang didasari keserakahan, kebencian, dan kegelapan bathin, justru akan menimbulkan penderitaan di kemudian hari.
Doa merefleksikan pikiran. Pikiran yang benar mengandung tiga aspek, yaitu :
1. Tidak berdasarkan egoisme dan dorongan nafsu rendah
2. Berdasarkan cinta kasih, bebas dari itikad jahat
3. Mengandung belas kasih, bebas dari perasaan yang kejam.
Jika doa diartikan meminta, dan ternyata tidak terkabul, hal ini akan menimbulkan rasa jengkel dan kecewa.
Bagi umat Buddha, rahmat dan berkah Tuhan, kasih Buddha, dan perlindungan Tri Ratna, tidak hanya bagi orang yang meminta.
Tanpa meminta, apa yang diharapkan pasti akan datang pada waktunya, sebagai buah dari karma baiknya.
Karena itu, sebaiknya orang berdoa seraya mawas diri.
Buddha selalu melindungi, Buddha selalu memancarkan kasih sayangNya yang tidak terbatas.
Yang menjadi persoalan, apakah kita sudah menempatkan diri dalam perlindungan-Nya, dan apakah kita mampu menangkap kasih sayangNya.
Sumber: "Wacana Buddha Dharma" - Krishnanda Wijaya-Mukti.
Comments
Post a Comment